Sabtu, 05 Desember 2020

Lebih Rendah dari Sampah


Tulisan ini didedikasikan untuk diri sendiri, adek-adek, keluarga dan mereka yang sering berkata :

"Akutu nakal karena keluarga ku broken home"

"Kerjaan aku jadi tak beres karena si anu si ono itu belum submit kerjaannya ke aku"

"Akuni selingkuh karena pasangan aku gini gini gini, gitu"


"do you know what is worse than a loser ?

those who doesn't want to admit their own mistake."


tau kah kamu apa yang lebih buruk daripada seorang pecundang?

mereka yang tak mau mengakui kesalahannya sendiri


benar memang,

semua akibat pasti ada sebabnya


seringkali ketika kita menganggap kesalahan yang kita buat disebabkan orang lain

ternyata malah kita lah yang jadi pemicu, yang akhirnya membuat orang lain jadi penyebab perbuatan kita


kebetulan beberapahari yang lalu iseng maen facebook dan nemu postingan dan baca2 komentarnya

mereka bahas mengenai alasan wanita menjadi pelakor

dan tak sedikit diantara mereka menjawab, alasan merebut suami orang karena istrinya kurang kasih jatah


sueeeelah, alasan gobl*k macem apa tu


apakah alasan macam ini dijadikan pembenaran atas kesalahan pelakor dengan menyalahkan istrinya?

yuuppp dah tentu jawabannya gitu


pen akutu ikut balas-balasan komen disitu, tapi dahlah ah malas ngerusuh komen di postingan orang hehehe

lagian, aku juga lagi ngerem kekepoan aku untuk hal-hal yang tidak terlalu penting, hiyaaa


soalnya, yang melakor itu memang dasarnya aja gatal wkwk atau penasaran ae, bahkan cuma pen muasin ego

atau mungkin benar karena cinta, yeeee banyaklah alasan

terlepas dari apapun alasannya, tetep ae melakor itu salah.. yekan ?


oiya, ini tidak terbatas ke wanita saja

suami atau laki-laki yang selingkuh juga banyak :v


--


terus banyak juga kok yang hidupnya baik-baik saya meskipun orang tuanya bercerai

malahan, sering aku saksikan kawan-kawan yang gayanya sok brengsek trus menyalahkan status broken homenya dia

padahal walaupun berpisah, kedua oang tuanya masih perhatian dan sayang bat ke dianya.


jadi intinya, dia lebih ke "sengaja" bersikap gitu untuk menghukum orang tuanya. entahlah


" Jangan jadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran untuk melakukan hal buruk"


aku sendiri belajar,

aku sendiri ngakuuuu selalu sibuk tak ada waktu untuk sekadar menelpon keluarga, karena sibuk cari duit buat masa depan, jajan atapun sekadar ngopa-ngopi

kemudian kefikiran, apakah ketika duitnya banyak aku tak akan disibukkan dengan hal lain lagi? apakah ketika duitnya banyak, adek-adek masih mau bermain dengan aku? apakah nantinya orang tua masih ada untuk tertawa bersama?

yak, belum tentu


dan dalam proses "bertanya ke dalam" ini, hal sedih yang aku temukan

aku lebih memilih "dianggap berarti" oleh orang diluar sana, daripada "benar-benar berarti" untuk keluarga sendiri. yang mungkin pada akhirnya akan membuat aku menyesal sendiri. dan penyesalan itu takkan mungkin terbayar dengan sebuah kata maaf


"Own your mistake, stop blaming"


yok belajar dan jadi lebih baik.

Share: