Kamis, 05 November 2020

Maaf, Aku Gagal

 



Maaf, Aku Gagal

Oleh : Imam Fadhlianshah


Tulisan ini ditulis pada 12 Oktober 2020, namun masih ragu untuk dikirim, hari ini 5 November dengan sedikit perbaikan kata & memantapkan hati. aku kirim

-- yak,

Seperti yang kalian duga, aku selalu jadi anak yang paling canggung untuk mengatakan ini langsung. Mak, Ayah, Maaf belum bisa bikin kalian bangga. Maafkan aku yang juga masih bodoh. Sampai sekarang, aku tak pernah sanggup membuat kalian menangis haru membanggakan keberhasilanku.

 

Inginnya aku mengajak sekeluarga berlibur ke kota-kota besar setelah aku mendapat sepucuk ucapan selamat atau medali emas atau gaji ketiga belas atau penghargaan atau apa sajalah yang menandakan kesuksesanku, tapi tak ada. Ternyata aku masih tak mampu menjadi sebesar harapan kalian.

 

Aku masih belum bisa jadi contoh yang baik buat adik-adik. Juga belum mampu mendukung cita-cita mereka. Bahkan aku lupa menanyakan mau jadi apa mereka nantinya, apakah sesuai harapan mak dan ayah atau tidak? Akupun kadang tak tau bagaimana cara bertanya yang baik kepada saudara. Apa harus bertanya serius atau sambil bercanda?

 

Aku bingung dan tak mengerti kenapa aku masih sibuk mengobati kegagalan-kegagalan pahit ini? Aku pun makin meragukan diriku. Apakah aku layak bersama anak kalian dan apakah aku bisa berguna? Entah aku yang kurang bersungguh-sungguh dalam mengejar ataukah cita-citaku mungkin terlalu jauh?

 

Mak, Ayah, kalian bilang tak ada yang tidak mungkin, tapi kini aku memetik pelajaran baru. Setidaknya ada dua hal yang mungkin saja tidak mungki.n. Pertama, memasukkan lagi odol gigi yang tumpah pada kemasannya. Kedua, suksesnya aku. Aku lelah sebab terlalu sering gagal. Aku hafal dengan lelah dan muak akan rasanya jatuh.

 

Mak, Ayah, mungkin kalian malu menyebut nama anakmu ini di hadapan teman kalian, pun tetangga. Bahkan beberapa kali terpaksa harus berbohong. Aku yakin pasti maksudnya baik, menyamarkan berita biar keluarga kita sedikit lebih bermartabat.

 

Kalian sebut aku engineer padahal aku tukang service, kalian sebut aku desainer padahal cuma tukang edit amatiran, kalian sebut aku ustadz padahal cuma kebetulan mengabdi di pesantren

 

Aku merasa gagal jadi anak kalian, di rantau aku hidup tak karuan, telat makan, sering begadang, overthinking yang tidak penting, bahkan sering hedon dengan kantong pas-pasan, yang pada akhirnya bikin keuangan defisit dan aku harus berhutang pada teman, di saat ada penghasilan baru bisa ku lunasi tanpa mengirim apapun ke kampung halaman. Durhakanya aku.

 

Terasa sangat berbeda saat aku di rumah, aku bisa makan sepuasnya dengan bersandar di kursi tebal saembari jempol kaki menyentuh tombol volume televisi. Aku juga bisa tidur seharian dengan perut kekenyangan tanpa melakukan aktifitas lain.

 

Aku tak tau entah kapan kan aku bisa membahagiakan kalian dengan mengakhiri rentetan kegagalan ini, walaupun aku tau persis kalian takkan mempermasalahkan semua kegagalanku. mak ayah tak perlu risau, walau kini aku sedang berjalan pelan tapi percayalah mak ayah, aku melangkah sambil belajar merasa cukup dan bahagia.

 

Sering ku lihat diperjalanan ku yang singkat ini, di luar sana banyak yang sukses tapi tertekan, penghasilan mereka banyak dibuntuti tanggungan yang tak kalah banyak, banyak juga yang meminta jatah sambil merutuk dan memaki, banyak yang ria sana-sini diam-diam mencuri, banyak juga yang dengki dan saling memakan rekan sendiri, banyak lagi, dan banyak lagi.

 

Semoga saja dengan begini mak ayah tak terlalu menaruh harap terlalu banyak lagi, semoga saja dengan kumpul bahagia saat pulang kampung cukup menjadi obat penenang atas banyak kegelisahan

 

Mak, ayah, tak bisa ku pastikan bahwa takkan ada yang tak sampat tersampaikan, sampai kita bertemu di alam selanjutnya, entah siapa yang lebih dulu dipanggil pulang, mamak, ayah atau justru aku. Yang jelas terimakasih atas budi baik kalian, cinta kasih kalian. Kuserahkan pada Allah untuk sebaik-baiknya balasan yang kan diberikan, Mak ayah, kalian perlu tau, Aku tak pernah gagal dalam mencintai dan merindukan kalian.

 

Sulung – 2020

Share: