Rabu, 30 Juni 2021

Mengejar Standar Sosial


Fisik harus good looking, harus punya prestasi ini itu, harus punya tabungan sekian juta

harus punya pasangan diumur sekian, harus gini harus gitu, jangan gini jangan gitu.

Capek nda kalo harus ngikutin standar society yang kayak gitu ?


coba deh kamu seharian lari keliling rumah atau lapangan, capek kan ?

apalagi kalo harus berlari seumur hidup, kebayangkan capeknya gmn ?


lah terus, bagaimana rasanya mengejar pengakuan atau validasi dari manusuia lain

dengan semua standar sosialnya ?

lelah ? yak sudah tentu, tak perlu ditanyein lagi

diakui ?  hoo belum tentu, tidak semudah itu ferguso

depresi ? naaah bisa jadi hehehe


mungkin, awalnya kita mengikuti standar itu dari ikut-ikutan saja

hingga pada akhirnya kita merasa bahwa mencapai standar sosial adalah sebah kebutuhan yang menjadi penentu kebahagiaan yang sesungguhnya.

padahal tidak


tak sedikit orang yang membenci dirinya, pencapaian, pekerjaan, pasangan, dan bahkan kehidupannya sendiri ia benci hanya karena merasa tertinggal jauh dari garis standar itu,

dan bisa jadi, kamu juga sedang merasa begitu.


entah karena fisik tak menawan,

atau tak ada prestasi yang bisa dibanggakan,

atau pekerjaan yang cuma bisa menghasilkan gaji pas-pasan,

atau punya pasangan yang jauh dari kata idaman,

lalu merasa status sosial terpenggirkan sampai akhirnya melihat alur hidup yang berbeda dari orang kebanyakan.

semua itu dianggap sebagai perusak kebahagiaan.

padahal tidak


masih banyak kok manusia yang bisa hidup bahagia, meski tak mencapai semua standar itu.

yang penting untukmu, jadilah lebih baik dari dirimu dihari kemarin

tak perlu jadi lebih baik dari orang lain.


dan, tetap istiqomah

jangan buru-buru dalam segala hal, tak perlu dikejar sampai berlari

karena hidup tentang perjalanan bukan pelarian.


yok bisa yok ..

Share: